DHC

Selasa, 17 Januari 2012

PSIKOLOGI IBU MENYUSUI


A.     MASA MENYUSUI
Masa menyusui adalah masa yang sangat penting dan berharga bagi seorang ibu dan bayinya. Pada masa inilah hubungan emosional antara ibu dan bayinya terjalin atau yang disebut dengan bounding attachment.
Bounding attachment adalah suatu ikatan yang terjadi di antara ibu dan bayi baru lahir, yang meliputi pemberian kasih sayang dan pencurahan perhatian. Selain itu, pengertian bounding attachment adalah suatu proses dari suatu hasil interaksi terus menerus antara ibu dan bayinya yang bersifat saling mencintai serta memberi keduanya pemenuhan dan saling membutuhkan.
Proses ikatan batin antara ibu dan bayinya diawali dengan kasih sayang terhadap bayi yang dikandung dan dapat dimulai sejak kehamilan. Ikatan batin antara ibu dan bayinya berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi.
Beberapa pemikiran dasar dari keterkaitan ini antara lain, keterkaitan atau ikatan batin ini tidak dimulai saat kelahiran, tetapi ibu telah memelihara bayinya selama kehamilan, baik ibu maupun ayahnya telah berangan-angan tentang bayi mereka. Hal ini dapat menimbulkan perasaan positif, negatif atau netral.
Sejalan dengan perkembangan pada beberapa bulan pertama kehidupa, ibu dan bayinya saling mengadakan hubungan dan ikatan batin. Jika seorang ibu konsisten dalam responnya terhadap kebutuhan bayi dan mampu menafsirkan dengan tepat isyarat seorang bayi, perkembangan bayi akan terpacu dan terbentuk ikatan batin yang kokoh. Keberhasilan dalam hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayinya dapat mempengaruhi hubungan sepanjang masa.
Dengan periode yang cukup panjang, masa menyusui sangat baik bagi perkembangan mental dan psikis anak. Ketika air susu mengalir dari payudara ibu, si anak akan merasakan betapa besar curahan cinta, kasih sayang dan kehangatan yang diberikan kepadanya.
B.      ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU PADA MASA MENYUSUI
Periode postpartum atau periode menyusui menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua yaitu :
1.      Respon dan dukungan dari suami, keluarga dan teman.
2.      Hubungan antara pengalaman pertama melahirkan, harapan dan keinginan ibu yang telah diangan-angankan selam hamil dengan keadaan yang dialami saat masa menyusui.
3.      Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain (bagi kehamilan yang lebih dari satu kali).
4.      Pengaruh budaya / mitos-mitos yang berkembang di masyarakat seputar masa manyusui.
Satu atau dua hari post partum, ibu cenderung akan mengalami pasif dan tergantung. Ia hanya menuruti nasehat, ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih berfokus untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, masih menggebu membicarakan pengalaman persalinan. Periode ini diuraikan oleh Rubin terjadi dalam tiga tahap, yaitu taking in, taking hold dan letting go.
1.      Taking In
a.      Periode ini terjadi satu sampai dua hari setelah melahirkan. Ibu pada umumnya bersifat pasif dan tergantung, perhatiannya masih tertuju pada kekhawatiran akan penampilan dirinya terutama bagian tubuhnya.
b.      Ibu akan mengulang-ulang membicarakan pengalamannya saat bersalin dan melahirkan.
c.       Tidur tanpa ganguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur.
d.      Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal
2.      Taking Hold
a.      Berlangsung antara dua sampai empat hari postpartum, ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayinya.
b.      Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh (kebutuhan eliminasi).
c.       Ibu berusaha keras untuk mengusai ketrampilan merawat bayi misalnya menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut, sehingga cenderung menerima nasehat dari bidan karen ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.
3.      Letting Go
a.      Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b.      Ibu mengambil tanggung jawab tentang perawatan bayi.
c.       Pada periode ini mungkin terjadi depresi postpartum.
Namun begitu, masa nifas atau masa menyusui ini bukanlah hal yang mudah bagi ibu. Masa ini termasuk masa yang paling sensitif dalam kehidupan ibu, baik secara fisik maupun emosional, begitu ibu mulai menyusui, mereka akan di uji dengan segala hal yang berada dalam diri dan lingkungannya.
Tak jarang selama masa menyusui muncul kekhawatiran dan keraguan dalam pikiran ibu. Pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang boleh dan tidak boleh, bagaimana menyusui saat sakit, atau cara mengawetkan ASI, kerap muncul sebagai reaksi kekhawatiran ibu. Jika pada masa ini ibu tidak dapat beradaptasi, maka akan timbul masalah psikologi yang dapat terjadi pada masa menyusui, diantaranya :
a.      Depresi Postpartum
Banyak ibu yang mengalami perasaan let down setelah melahirkan sehubungan dengan seriusnya pengalaman waktu melahirkan dan keraguan akan kemampuan mengatasi secara efektif dalam membesarkan anak umumnya, depresi ini sedangkan dan mudah berubah dimulai dua sampai tiga hari setelah melahirkan yang dapat diatasi satu sampai dua minggu kemudian.
b.      Post Partum Blues/Baby Blues
Kondisi ini adalah periode emosional stress yang terjadi antara hari ke 3 dan ke 10 setelah persalinan yang terjadi 80 % pada ibu postpartum. Karakteristik kondisi ini adalah iritabilitas meningkat, perubahan mood, cemas, pusing, serta perasaan sedih dan sendiri ada beberapa faktor yang berperan menyebabkan kondisi ini yaitu :
(1) Perubahan kadar kormon.
(2) Ketidaknyamanan yang tidak diharapkan (payudara bengkak, nyeri persalinan).
(3) Kecemasan setelah pulang dari tempat bersalin.
(4) Menyusui ASI.
(5) Perubahan pola tidur.
Tidak ada perawatan khusus untuk postpartum blues, jika tidak ada gejala yang signifikan. Empati dan dukungan keluarga serta staf kesehatan diperlukan. Jika gejala tetap ada lebih dari 2 minggu diperlukan bantuan professional.
c.       Kesedihan dan Duka Cita
Proses kehilangan menurut Klaus dan Kennell (1982) meliputi tahapan :
(1)   Shock (lupa peristiwa)
(2)   Denial (penolakan terhadap bayi)
(3)   Depresi
(4)   Equilibrium dan acceptance (penurunan reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang kronis)
(5)   Reorganization (dukungan mutual antar orang tua)
C.      PERUBAHAN PADA MASA MENYUSUI
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun emosi. Bagi yang belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu memahami apa saja perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali tanda bahaya secara dini.
1. Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya rahim teraba keras setinggi 2 jari dibawah pusar, 2 pekan setelah melahirkan rahim sudah tak teraba, 6 pekan akan pulih seperti semula. Akan tetapi biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan muncul garis-garis putih atau coklat berkelok, hal ini dikarenakan peregangan kulit perut yang berlebihan selama hamil, sehingga perlu waktu untuk memulihkannya, senam nifas akan sangat membantu mengencangkan kembali otot perut.
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1.      Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2.      Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
3.      Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4.      Efek OksitosinOksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:
Berat Uterus
Diameter Uterus
Plasenta lahir
Setinggi pusat
1000 gram
12,5 cm
7 hari (minggu 1)
Pertengahan pusat dan simpisis
500 gram
7,5 cm
14 hari (minggu 2)
Tidak teraba
350 gram
5 cm
6 minggu
60 gram
2,5 cm
Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas.
Gambar. Tinggi fundus uterus pada masa nifasGambar. Tinggi fundus uteri pada masa nifas
Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lokia.
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain: ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi; ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
2. Jalan lahir (servik,vulva dan vagina)
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, sehingga penyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun insyaalloh akan pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis tidak atau seberapa sering melahirkan), walaupun tetap lebih kendur dibanding sebelum melahirkan. Jaga kebersihan daerah kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas, merah dan terdapat nanah).
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2–3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk.
Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada  umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.
3. Darah nifas (Lochea)
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir masa nifas. Darah nifas yang berbau sangat amis atau busuk dapat menjadi salah satu petunjuk adanya infeksi dalam rahim.
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:
Waktu
Warna
Ciri-ciri
Rubra
1-3 hari
Merah kehitaman
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta
3-7 hari
Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lendir
Serosa
7-14 hari
Kekuningan/ kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba
>14 hari
Putih
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.
4. Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar) dapat mencegah perdarahan dan merangsang produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein, sebagian ibu membuangnya karena dianggap kotor, sebaliknya justru ASI ini sangat bagus untuk bayi.
5. Sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan.
6. Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan karena kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan. Dengan memperbanyak asupan serat (buah-sayur) dan senam nifas insyaalloh akan mengurangi bahkan menghilangkan keluhan ambein ini.
7. Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keeping darah) akan berkurang, ini akan normal kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
8. Penurunan berat badan
     Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil. Rata-rata ibu kembali ke berat idealnya setelah 6 bulan, walaupun sebagian besar tetap akan lebih berat daripada sebelumnya.
9. Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi atau tanda bahaya lain.Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.
10. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
11. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok
12. Perubahan emosi
Emosi yang berubah-ubah (mudah sedih, khawatir, tiba-tiba bahagia) disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya perubahan hormon, keletihan ibu, kurangnya perhatian keluarga, kurangnya pengetahuan akan cara merawat bayi serta konflik dalam rumah tangga. Perubahan ini memiliki berbagai bentuk dan variasi dan akan berangsur-angsur normal sampai pada pekan ke 12 setelah melahirkan. Yang perlu diingat, masa nifas bukan berarti ibu terlepas sama sekali dari nilai-nilai ibadah, dzikir adalah salah satu ibadah lisan dan hati yang cukup efektif untuk membuat ibu merasa tenang, sabar dan tegar menjalani masa nifas ini. Perbanyaklah berdoa kepada Alloh agar dimudahkan dan diberi pahala atas kesabaran serta jerih payah ibu dalam merawat sang buah hati.
D.     FASE PADA BAYI BARU LAHIR
Fase perkembangan kepribadian menurut freud
a.      Fase Oral (mulut)
Fase ini berlangsung selama 18 bulan pertama kehidupan.
Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan menelan makanan, merupakan prototype bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari inkorporasi oral dapat dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah memperoleh pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu adalah orang yang mengalami fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral. Orang seperti itu akan mudah menelan apa saja yang dikatakan orang lain.
b.      Fase Anal
Fase ini berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun. Kenikmatan akan dialami anak dalam fungsi pembuangan, misalnya menahan dan bermain-main dengan feces, atau juga senang bermain-main dengan lumpur dan kesenangan melukis dengan jari.
c.       Fase Phallic
Fase ini berlangsung antara usia 3 dan 6 tahun. Fase ini sesuai dengan nama genital laki-laki (phalus), sehingga meupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki. Sebaliknya pada anak wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya mempunyai klitoris, sehingga terjadi penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-laki. Lebih lanjut, pada tahap ini anak akan mengalami Oedipus complex, yaitu keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya. Misalnya anak laki-laki akan mengalami konflik oedipus, ia mempunyai keinginan untuk bermain-main dengan penisnya. Dengan penis tersebut ia juga ingin merasakan kenikmatan pada ibunya.
d.      Fase Latency 
Fase ini berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Merupakan fase yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam fase ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.
e.      Fase Genital
Fase ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Bersamaan dengan pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan dalam tahap ini, sedangkan kecenderungan-kecenderungan lain akan ditekan.
Dari uraian fase perkembangan di atas, fase yang dilalui bayi adalah fase oral.

E.      AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF
1.      Pengertian
Yang dimaksud dengan ASI ekslusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Utami Roesli, 2002 : 2).
2.      Keunggulan ASI terhadap susu lainnya
a.      Murah, sehat dan mudah memberikannya
b.      Mengandung zat yang dapat meninggikan daya tahan anak terhadap penyakit. 
c.       Mengandung cukup banyak makanan yang diperluka oleh bayi. 
d.      Menyusui berarti menjalin kasih sayang Ibu terhadap anak. 
e.      Menyusui mempercepat Ibu menjadi langsing kembali sesudah melahirkan. 
3.      Bayi sampai dengan umur 4 bulan cukup diberi Air Susu Ibu (ASI) 
a.      Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk anak. Susuilah anak IBU sampai berumur 2 tahun. 
b.      Susuilah setiap kali anak merasa lapar (menangis). 
c.       Susuilah dari susu kanan dan kiri bergantian. 
d.      Air Susu Ibu yang keluar pertama kali (susu JOLONG), jangan dibuang, karena menjadikan anak lebih tahan terhadap penyakit. 
e.      Sampai umur 4 bulan jangan diberikan : pisang, bubur atau makanan lunak lainnya, menyebabkan anak merasa kenyang sehingga mengurangi kemauan bayi untuk menyusu. 
f.        Agar Air Susu Ibu (ASI) bisa mencukupi kebutuhan bayi, ibu harus makan dan minum yang cukup (ikuti petunjuk makan bayi Ibu menyusui). 
g.      Asal Ibu sehat, dan mengikuti petunjuk makan bagi Ibu menyusui, air susu saja cukup untuk bayi sampai umur 4 bulan. 
4.      Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat penting, mengingat : 
a.      Air Susu Ibu adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi dalam masa empat bulan pertama kehidupannya. 
b.      Bayi harus segera disusui setelah lahir. Pada dasarnya setiap ibu dapat menyusui anaknya dan hendaknya disusui secara tepat. 
c.       Ibu hendaknya sesering mungkin menyusui anaknya karena dengan demikian Air Susu Ibu bertambah banyak dan cukup untuk kebutuhan bayi. 
d.      Pemberian susu botol yang penanganannya tidak bersih, dapat menimbulkan sakit dan kematian. 
e.      Ibu hendaknya menyusui anak-anaknya hingga tahun kedua kehidupan anak, dan jika mungin, untuk waktu yang lebih lama.
F.       INISIASI MENYUSU DINI (IMD)
1.      Pengertian Insiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun untuk kita. Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam.
Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
2.      Proses Insiasi Menyusu Dini
a.      Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, bayi langsung diletakan di dada si ibu tanpa membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit. Ternyata suhu badan ibu yang habis melahirkan 1 derajat lebih tinggi. Namun jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan si ibu jadi naik 2 derajat, dan jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Jadi Tuhan sudah mengatur bahwa si ibu yang akan membawa si bayi beradaptasi dengan kehidupan barunya. Setelah diletakkan di dada si ibu, biasanya si bayi hanya akan diam selama 20-30 menit, dan ternyata hal ini terjadi karena si bayi sedang menetralisir keadaannya setelah trauma melahirkan.
b.      Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi akan mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak. Ternyata gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa makna karena ternyata kaki si bayi itu pasti hanya akan menginjak-injak perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan pendarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung dari si bayi.
c.       Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan dengan mencium tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban. Dan juga ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu juga memiliki bau yang sama, jadi dengan mencium bau tangannya, si bayi membantu untuk mengarahkan kemana dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak mendekati puting ibu. Ketika sudah mendekati puting si ibu, si bayi itu akan menjilat-jilat dada si ibu. Ternyata jilatan ini berfungsi untuk membersihkan dada si ibu dari bakteri-bakteri jahat dan begitu masuk ke tubuh si bayi akan diubah menjadi bakteri yang baik dalam tubuhnya. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi karena hanya si bayi yang tahu seberapa banyak dia harus membersihkan dada si ibu.
d.      Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, yang bertujuan untuk kegiatan ini juga tergantung dari si bayi itu.
e.      Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu
3.      Manfaat Insiasi Menyusu Dini
a.      Untuk Bayi
a.      Kehangatan
Christensson et al, (1992) melaporkan bahwa dibandingkan bayi-bayi yang diletakan dalam boks ternyata bayi-bayi yang kontak kulit dengan kulit ibunya mempunyai suhu tubuh yang lebih hangat dan stabil.
b.      Kenyamanan
Ternyata bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini lebih jarang menangis di bandingkan dengan bayi-bayi yang dipisahkan dari ibunya.
c.       Kualitas Perlekatan
Di banding bayi yang dipiosahkan dari ibunya, bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini mempunyai kemampuan perlekatan mulut yang lebih baik pada waktu menyusu.
b.      Untuk Ibu
Sentuhan, kuluman/emutan dan jilatan bayi pada putting ibu akan merangsang keluarnya oksitosin yang penting karena :
(1)    Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.
(2)   Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.
(3)   Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.



c.       Manfaat Kontak Kulit Bayi Ke Kulit Ibu
(1)   Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan).
(2)   Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energi.
(3)   Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
(4)   Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah asupan makanan.
(5)   Asi yang pertama (colostrums) mengandung beberapa Antibodi yang dapat mencegah infeks pada bayi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
(6)   Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.
(7)   Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan
4.      Insiasi Menyusu Dini Pada Partus Spontan
a.      Dianjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar bersalin
b.      Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi / tidak menggunakan obat kimiawi.
c.       Bayi lahir segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix mulut dan hidung bayi dibersihkan, tali pusat diikat.
d.      Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi di TENGKURAPKAN di dada-perut ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi top
e.      Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri
f.        Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu
g.      Biarkan KULIT kedua bayi bersentuhan dengan KULIT ibu selama PALING TIDAK SATU JAM; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam
h.      Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan MENDEKATKAN BAYI KE PUTING tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. BERI WAKTU kulit melekat pada kulit 30 MENIT atau 1 JAM lagi
i.        Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1 jam atau selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vit
j.        RAWAT GABUNG BAYI: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam
k.       Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng
5.      Insiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar
a.      Dianjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar operasi atau dikamar pemulihan
b.      Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk DINILAI, dikeringkan secepatnya terutama kepala tanpa menghilangkan vernix ; kecuali tangannya. Dibersihkan mulut dan hidung bayi, talipusat diikat
c.       Kalau bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibedong, dibawa ke ibu. Diperlihatkan kelaminnya pada ibu kemudian mencium ibu
d.      Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit serong/melintang menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberi top
e.      Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting. Biarkan bayi mencari puting sendiri
f.        Biarkan KULIT Bayi bersentuhan dengan kulit ibu PALING TIDAK selama SATU JAM, bila menyusu awal selesai sebelum 1 jam; tetap kontak kulit ibu-bayi selama setidaknya 1 jam
g.      Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu dg MENDEKATKAN BAYI KE PUTING tapi tidak memasukkan puting ke mulut bayi. Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu, beri tambahan WAKTU melekat padadada ibu, 30 menit atau 1 jam lag
h.      Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap melekat didadanya dan dipeluk erat oleh ibu.Kemudian ibu dipindahkan dari meja operasi ke ruang pulih (RR) dengan bayi tetap didadanya
i.        Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi, diusulkan untuk mendampingi ibu dan mendoakan anaknya saat di kamar pulih
j.        RAWAT GABUNG: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng
6.      Insiasi Menyusu Dini Pada Bayi Gemelli
a.      Dianjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar bersalin
b.      Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix . Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat
c.       Bila bayi tidak memerlukan resusitasi. Bayi di TENGKURAPKAN di dada-perut ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi
d.      Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri
e.      Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua, berikan bayi pertama pada ayah. Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda kanguru. Keduanya ditutupi baju ayah
f.        Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix . Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat
g.      Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua DITENGKURAPKAN di dada-perut ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu. Letakkan kembali bayi pertama didada ibu berdampingan dengan saudaranya, Ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
h.      Biarkan KULIT kedua bayi bersentuhan dengan KULIT ibu selama PALING TIDAK SATU JAM; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam
i.        Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan MENDEKATKAN BAYI KE PUTING tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. BERI WAKTU 30 MENIT atau 1 JAM lagi kulit melekat pada kulit
j.        RAWAT GABUNG BAYI :Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng
7.      Lima tahap perilaku bayi yang mendapatkan IMD
a.      Dalam 30 menit pertama : Stadium istirahat/ diam dalam keadaan siaga (rest/ qualte alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kendungan ke keadaan diluar kandungan. Bonding (hubungan kasih saying) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya. Kepercayaan diri ayah pun menjadi keberhasilan menyusui dan mendidik anak bersama-sama.
b.      Antara 30-40 menit mengeluarkan suara, gerakan mulut sperti mau minum, mencium, menjilat tangan. Byai mencium dan merasakan cairan air ketuban yang ada ditangannya. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menentukan payudara dan putting susu ibu.
c.       Mengeluarakan air liur
Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.
d.      Bayi mulai bergerak kea rah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai sasaran, degan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat ibu, menghentak-hentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan tangannya mungil.
e.      Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik.
(Utami Roesli, 2008)
8.      Faktor-faktor pendukung Inisiasi Menyusu Dini
a.         Kesiapan fisik dan psikologi ibu yang sudah dipersiapkan sejak awal kehamilan
b.         Informasi yang diperoleh ibu mengenai Inisiasi menyusu dini
c.         Tempat bersalin dan tenaga kesehatan
9.      Penghambat Inisiasi menyusu Dini
Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi :
a.      Bayi kedinginan
Bayi berada dalam suhu yang aman  jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Menakjubkan suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit juka bayi diletakkan di dada ibu. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keduanya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.
b.      Tenaga kesehatan kurang tersedia
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.
c.       Kamar berrsalin atau kamar operasi sibuk
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencpai payudara dan menyusu dini.
d.      Ibu harus dijahit
Kegiatan merangkak mencari peyudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
e.      Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir
Menurut Amercan Colloge of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.
a.      Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur. Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu kesempatan vernix meresap, melunakan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai selesai.
b.      Bayi kurang siaga
Justru pada jam 1-2 jam pertama kelahirannya bayi sangat siaga (alert).
Setelah itu bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk boonding.
c.       Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi lahir. Karena dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
d.  Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh- kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.
10.  Faktor yang memotivasi Ibu melakukan IMD
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui menurut Bianccuzzo (1999) adalah sosial budaya, psikologis dan biologis ibu sendiri. Sementara menurut Arbon dan Byrne (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi ibu untuk menyusu adalah
1.      Faktor Psikologi
Status psikologi mendasari ibu dan pendukungnya untuk keberhasilan menyusui, termasuk percaya diri ibu dan komitmen untuk menyusui, bayi merasa kenyang merupakan kepuasan bagi ibu menyusui. Psikologi ibu termasuk disekitarnya yang dekat dalam struktur dukungan. Jenis dari dukungan termasuk memberi informasi, emosi dan memberi pertolongan. Dukungan informasi termasuk bagian dari pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan cara menyusui. Dukungan emosi termasuk memberi pengertian, membesarkan hati dan menyayangi. Dukungan pertolongan termasuk memberi pertolongan fisik untuk dapat memyusui bayinya. Pemberi dukungan termasuk keluarga, teman, suami atau teman dekat, tenaga kesehatan dan lingkungan budaya.
2.      Faktor Dukungan Tenaga Kesehatan
Dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui bayinya. Informasi tentang perawatan pada masa hamil, lamanya menyusui, keuntungan menyusui, kontak awal-bayi, petunjuk-petunjuk menyusui, tipe bantuan yang dibutuhkan oleh ibu adalah merupakan dukungan tenaga kesehatan untuk menyukseskan kelangsungan pemberian ASI eksklusif.
3.      Faktor Biomedik
Faktor biomedik terdiri dari jumlah kelahiran, kesehatan bayi dan kesehatan ibu (selama hamil, melahirkan dan setelah melahirkan) dan status merokok. Kesiapan fisik yang mendukung ibu dalam melakukan inisiasi menyusui dini, salah satunya adalah kondisi payudara dan puting susu yang sehat dan baik

DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, Agoes, 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung : PT. Refika Aditama
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/MENKES/SK/IV/2004
Varney, Helen, Jan. M Kriebs dan Carolyn L. Gegor. 2002. Buku Saku Bidan. EGC : Jakarta
Wiknjosastro, Hanifa (Editor), 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar