DHC

Jumat, 20 Januari 2012

Infeksi Nifas

1.         Pengertian
a)        Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
b)   Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Ne'bnatal, 2001:122)
c)      Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999: 237)
d)   Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam, 1998:115)
e)      Infeksi nifas adalah infeksi jalan lahir pascapersalinan,biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam nifas juga disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifasselain oleh infeksi nifas juga dapat disebabkan oleh pielitis, infeksi jalan pernafasan,malaria, dan tifus. (Krisnadi, 2005)
f)       Dalam Manuaba (1998) dijelaskan bahwa setelah persalinan, terjadi beberapaperubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukan urin untukmengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningktan suhu badan sekitar 0,5°C yang bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Oleh karena itu, infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun denganketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38°C tanpa menghitung hari pertamadan berturut-turut selama 2 hari.
g)     Infeksi nifas yaitu infeksi bakteri pada dan melalui traktusgenitalia yang terjadi sesudah melahirkan , ditandai kenaikan suhu sampai 38°C ataulebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan24 jam pertama. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital (Prawirohardjo,2006)
           
2.         Penyebab dan Cara Terjadinya Infeksi Nifas
a.    Penyebab infeksi nifas
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuinan-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1)    Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2)    Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3)    Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius
4)    Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
b.    Cara terjadinya infeksi nifas
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
    1.  Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman
    2.  Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
    3.  Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
    4. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
3.         Faktor Predisposisi Infeksi Nifas
a.    Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan
banyak, diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi
lain yaitu pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
b.    Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan
ketuban   pecah   lama,   korioamnionitis,   persalinan   traumatik,   kurang
baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
c.    Tindakan obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominam.
d.   Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam
rongga rahim.
e.    Episiotomi atau laserasi.
    
4.         Patologi, Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan
Gambaran klinis infeksi nifas dalam Manuaba (1998) dapat dalam bentuk:
a.    Infeksi lokal
1.    Pembengkakan luka episiotomy
2.    Terjadi penanahan
3.    Perubahan warna local
4.    Pengeluaran lokea bercampur nanah
5.    Mobilitas terbatas karena rasa nyeri
6.    Temperatur badan dapat meningkat
b.    Infeksi umum
1.    Tampak sakit dan lemah
2.    Temperature meningkat di atas 39°C
3.    Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat
4.    Pernafasan dapat meningkta dan terasa sesak
5.    Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma
6.    Terjadi gangguan involusi uterus
7.    Lokea berbau dan bernanah serta kotor
Penanganan umum menurut Prawirohardjo (2006) antara lain:
1.    Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi, dan masalah dalam proses persalinanyang dapat berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa nifas.)
2.    Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksinifas
3.    Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yangdikenali pada saat kehamilan taupun persalinan
4.    Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui
5.    Beri acatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejalayang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
6.    Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yangmengalami infeksi pada saat persalinan
7.    Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
8.    Beri infus heparin, obati dengan antibiotika
9.    Berikan terapi suportif (hepatoprotektor) dan observasi

INFEKSI LUKA PERINEUM (VULVA, VAGINA, SERVIKS) DAN LUKA ABDOMINAL
a.    Etiologi
Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksikurang baik (Prawirohardjo, 2006).
b.    Manifestasi Klinis
Menurut Krisnadi (2005), manifestasi klinis infeksi luka perineum dan abdominal yaitu:
1.   Luka perineum menjadi nyeri, merah, dan bengkak akhirnya luka terbuka danmengeluarkan getah bernanah. Perasaan nyeri dan panas timbul pada lukayang terinfeksi dan jika terjadi pernanahan dapat disertai dengan dengan suhuyang tinggi dan menggigil.
2. Infeksi luka serviks jika lukanya dalam sampai ke parametrium, dapatmenimbulkan parametritis
c.    PenangananPenanganan spesifik pada infeksi luka perineum dan luka abdominal menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
1.      Bedakan antara wound abcess, wound seroma, wound hematoma,dan wound cellulitis
a)    Wound abcess, wound seroma,dan wound hematoma suatu pengerasan yang tidak biasa dengan mengeluarkan cairan serousatau kemerahan dan tidak ada / sedikit erithema sekitar luka
b)   Wound cellulitis didapatkan eritema dan edema meuluas mulai dari tempatinsisi dan melebar
2.      Bila didapatkan pus dan cairan pada luka, buka, dan lakukan pengeluaran
3.      Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan debridement
4.      Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika
5. Bila infeksi relative superficial, berikan ampisilin 500 mg per oral setiap 6 jamdan metronidazol 500 mg per oral 3x/hari selama 5 hari
6.      Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis, beripenisilin G 2 juta U IV setiap 4 jam (atau ampisilin inj 1 g 4x/hari) ditambahdengan gentamisisn 5 mg/kg berat badan perhari IV sekali ditambah denganmetronidazol 500 mg IV setiap 8 jam, sampai bebas panas selama 24 jam. bilaada jaringan nekrotik harus dibuang. Lakukan jahitan sekunder 2-4 minggusetelah infeksi membaik.
7.      Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih dan sering diganti

ENDOMETRITIS/METRITIS
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satupenyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kuirang adekuatdapat menjadi abses pelvic, peritonitis, syok septic, thrombosis vena yang dalam,emboli pulmonal, infeksi pelvic yang menahun, dispareunia, penyumbatan tuba, dan infertilitas (Prawirohardjo, 2006).
a.    Patologi
Infeksi puerperalis paling sering menjelma sebagai endometritis. Setelah masa inkubasi, kuman-kuman menyerbu ke dalam luka endometrium, biasanya pada bekas perlekatan plasenta. Leukosit-leukosit segera membuat pagarpertahanan dan keluarlah serum yang mengndung zat anti, sedangkan otot-otot berkontraksi dengan kuat, rupanya dengan maksud menutup aliran darah dan limfe. Ada kalanya endometritis menghalangi involusi (Krisnadi, 2005).
b.    Manifestasi Klinis
Menurut Krisnadi (2005), manifestasi klinis infeksi luka perineum dan abdominal yaitu:
1.  Gambaran klinik endometritis berbeda-beda bergantung virulensi kuman penyebabnya. Biasanya demam mulai 48 jam pascapersalinan dan bersifat naikturun (remitten)
2.  His royan lebih nyeri dari biasa dan lebih lama dirasakan. Lokea bertambahbanyak, berwarna merah atau coklat, dan berbau. Lokea yang berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala. Sering ada subinvolusi. Leukositnaik antara 15000-30000/mm
3.   Sakit kepala, kurang tidur, dan kurang nafsu makan dapat mengganggu penderita. Jika infeksi tidak meluas, suhu turun berangsur-angsur dan normal pada hari ke-7-10.
c.    Penanganan
Penanganan spesifik pada infeksi luka perineum dan luka abdominal menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
1.      Berikan transfuse jika dibutuhkan. BerikanPacked Red Cell.
2.      Berikan antibiotika broadspektrum dalam dosis yang tinggi. Ampisilin 2 g IV,kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah gentamisisn 5 mg/kg berat badan IV dosistunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antobiotika inisampai ibu tidak panas dalam 24 jam.
3.      Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis
4.      Bila dicurigai adanya sisa placenta, lakukan pengeluaran (digital atau dengan kuretase yang lebar)
5.      Bila ada pus lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam posisi semifowler.
6. Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tandaperitonitis generalisata lakukan laparatomi dan keluarkan pus. Bila padaevaluasi uterus nekrotik dans septic lakukan histerektomi subtotal.

TROMBOFLEBITIS
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan invasi mikroorganismepathogen yang mengikuti aliran darah vena di sepanjang vena dan cabang-cabangnyasehingga terjadi tromboflebitis (Praworohardjo, 2006). Penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab terpenting dari kematian karena infeksipuerperalis (Krisnadi, 2005). Klasifikasi menurut Prawirohardjo (2006) dan Krisnadi (2005) tromboflebitis dibagi menjadi dua golongan berdasar jenis vena yang terkena yaitu:
1.    Pelviotromboflebitis
Mengenai vena-vena dinding rahim dan ligament latum (vena ovarika, vena uterin,dan vena hipogastrik). Vena yang paling sering terken aialah vena ovarika dextrakarena infeksi pada tempat omplantasi plasenta terletak di bagian tas uterus,proses biasanya unilateral. perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah venarenalis, sedangkan perluasan infeksi dari vena ovarika dektra adalah ke vena kavainferior. Peritoneum, yang menutupi vena ovarika dektra mengalami inflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan periapendisitis. perluasan infeksivena uterine adalah ke vena iliaka komunis (Prawihardjo, 2006)
2.    Tromboplebitis femoralis
Mengenai vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan safena).
3.    Tromboflebitis Pelvika/Pelviotromboflebitis
a.    Patologi
Yang paling sering meradang ialah vena ovarika karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri.Penjalaran tromboflebitis pada vena ovarika kiri ialah ke vena renalis dan vena ovarika kanan ke vena kavainferior. Trombosis yang terjadi setelah peradangan bermaksud untukmenghambat perjalanan mikroorganisme. Dengan proses ini, infeksi dapatsembuh, tetapi jika daya tahan tubuh kurang, thrombus dapat menjadi nanah(Krisnadi, 2005).Bagian-bagian kecil thrombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis dankarena embolus ini mengandung pus disebut juga pyaemia.
Embolus ini biasanyatersangkut pada paru, ginjal, atau katub jantung. Pada paru dapat menimbulkaninfark,. Jika derah yang mengalami infark meluas, pasien meninggal denganmendadak dan jika pasien tidak meninggal, dapat timbul abses paru (Krisnadi,2005).
b.    Manifestasi Klinis
Biasanya terjadi pada minggu ke-2 seperti demam menggigil, biasanya pasiensudah memperlihatkan suhu yang tidak tenang seperti pada endometritissebelumnya. Jika membuat kultur darah, sebaiknya diambil waktu pasienmenggigil atau sesaat sebelumnya. Penyulit adalah abses paru, pleuritis,pneumoni, dan abses ginjal. Kematian biasanya karena penyulit paru (Krisnadi,2005).
Manifestasi klinis lain dalam (Prawihardjo, 2006) antara lain:
1.   Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping,timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2.      Penderita tampak sakit berat
3.     Menggigil berulang kali. Menggigil inisial terjdi sangat berat (30-40 menit)dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Padawaktu menggigil penderita hampir tidak panas.
4.      Suhu badan naik secara tajam (36°C menjadi 40°C), yang diikuti denganpenurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis)
5.        Penyakit dapat berlangsung 1-3 bulan
6.        Cenderung terbentuk pus yang menjalar kemana-mana terutama ke paru-paru
7.     Pada pemeriksaan dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang palingbanyak terkena adalah vena ovarika, yang sukar dicapai pada pemeriksaandalam
8.        Gambaran darah:
a. Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi,dapat segera terjadi leucopenia)
b.  Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat yang tepat sebelummulainya menggigil. Meskipun bakteri ditemukan di dalam darah selamamenggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya anaerob. 
c.   Penanganan
         Dalam (Prawihardjo, 2006) dijelaskan penanganan tromboflebitis pelvic sebagai  berikut:
1.    Rawat inap: penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya danmencegah terjadinya emboli pulmonal.
2.    Terapi medik: pemberian antibiotika (lihat antibiotika kombinasi dan alternatif,seperti pada penatalaksaan korioamnionitis), heparin jika terdapat tanda ataudugaan adanya emboli pulmonum
3.    Terapi operatif: pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboliseptic terus berlangsung sampai mencapai paru-paru, meskipun sedang dilakukan heparinasi.
d.   Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul dalam (Prawihardjo, 2006) antaralain:
1.        Komplikasi pada paru-paru: infark, abses, penuemonia
2.        Komplikasi pada ginjal sinistra, nyeri mendadak, yang diikuti dengan proteinuriadan hematuri
3.        Komplikasi pada persendian, mata, dan jaringan subkutan.

TROMBOPLEBITIS FEMORALIS
           a.    Patologi
Dapat terjadi tromboflebitis vena safena magna atau peradangan venafemoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterine (vena uterine, venahipogastrika, vena iliaka eksterna, vena femoralis), dan akibat parametritis.Tromboflebitis vena femoralis mungkin terjadi karena aliran darah lambat didaerah lipat paha karena vena tersebut, yang tertekan oleh ligament inguinale,juga karena dalam masa nifas kadar fibrinogen meninggi (Krisnadi, 2005).Pada tromboflebitis femoralis terjadi edema tungkai yang mulai pada jarikaki, naik ke kaki, betis, dan paha, bila tromboflebitis itu mulai pada vena safenaatau vena femoralis. Sebaliknya bila terjadi sebagai lanjutan dari tromboflebitispelvika, edema mulai terjadi pada paha dan kemudian turun ke betis (Krisnadi,2005).Biasanya hanya satu kaki yang bengkak, tetapi kadang-kadang keduanya.Tromboflebitis femoralis jarang menimbulkan emboli. Penyakit ini juga terkenaldengan nama phlegmasia albadolens (radang yang putih dan nyeri) (Krisnadi,2005)
           b.    Manifestasi Klinis
Dalam Krisnadi (2005) dan Prawihardjo (2006) manifestasi klinis daritromboflebitis femoralis antara lain:
1.    Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudianmendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20, yang disertai dengan menggigilnyeri sekali pada tungkai, biasanya yang kiri.
2.    Kaki yang sakit biasanya lebih panas dari kaki yang sehat.
3.    Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi ke luar serta sukar bergerak
4.    Palpasi menunjukkan adanya nyeri hebat (pada lipat paha dan daerah paha) sepanjang salah satu vena kaki yang teraba sebagai alur yang keras dan tegangbiasanya pada paha
5.    Timbul edema yang jelas sebelum atau setelah nyeri, yang biasanya mulai padaujung kaki atau pada paha dan kemudian naik ke atas. Edema ini lambat sekali hilang. Keadaan umum pasien tetap baik. Kadang-kadang terjadi tromboflebitispada kedua tungkai.
6.    Reflektorik akan terjadi spasmus srteria sehingga kaki menjadi bengkak , tegang,putih, nyeri dan dingin, dan penurunan pulsasi.
7.    Nyeri pada betis yang dapat terjadi spontan atau dengan memijit betis atau dengan meregangkan tendon achiles (tanda Hoffman)
          c.    Penanganan
Penangan tromboflebitis femoralis dalam Prawihardjo (2006) antara lain:
1.         Perawatan: kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompresi pada kaki. Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaoskaki panjang yang elastik selama mungkin.
2.         Mengingat kondidi ibu yang sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui
3.         Terapi medik: pemberian antibiotic dan analgesia

SEPSIS PURPERALIS
            a.       Patologi
     Terjadi kalau setelah persalinan ada sarang sepsis dalam badan yang secaraterus-menerus atau periodic melepaskan mikroorganisme pathogen ke dalamperedaran darah (Krisnadi, 2005). Pada sepsis ini dibedakan menjadi:
1.      Port d’entrée: biasanya bekas insersi placenta
2.      Sarang sepsis primer: tomboplebitis pada vena uterine atau vena ovarika
3.      Sarang sepsis sekunder (metastasis): misalnya di paru sebagai abses paru ataupada katup jantung sebagai endokarditis ulserosa septika. dasamping itu, dapatterjadi abses di ginjal, di hati, limpa, dan otak (Krisnadi, 2005)
             b.   Manifestasi Klinis
Suhu tinggi (40°C atau lebih, biasanya remittens), menggigil, keadaan umummemburuk (nadi kecil dan tinggi, nafas cepat, dan gelisah), dan Hb menurunkarena hemolisis dan lekositosis (Krisnadi, 2005).

PERITINITIS
            a.          Patologi
Infeksi puerpuralis melalui saluran getah bening dapat menjalar keperitoneum hingga terjadi peritonitis atau ke parametrium menyebabkanparametritis. Jika peritonitis ini terbatas pada rongga panggul disebut pelveoperitonitis, sedangkan jika seluruh peritoneum meradang kita mengahadapiperitonitis umum. Prognosis peritonitis umum jauh lebih buruk dari pelveoperitonitis (Krisnadi, 2005).
            b.         Manifestasi Klinis
Nyeri seluruh perut spontan maupun pada palpasi, demam menggigil, naditinggi dan kecil, perut kembung (kadang-kadang ada diare), muntah, pasien gelisahdan mata cekung dan sebelum mati ada delirium dan koma (Krisnadi, 2005).
            c.          Penanganan
Dalam Prawihardjo (2006) penanganan dibedakan berdasarkan penyebaranatau keparahan akibat peritonitis dijelaskan sebagai berikut:
Ø   Abses pelvis
1.      Bila pelvic abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac, lakukankolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu posisi Fowler.
2.      Berikan antibiotika broadspektrum dalam dosis yang tinggi.
Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5mg/kgberat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam
Ø   Peritonitis
1.      Lakukan nasogastric sunction
2.      Berikan infus (NaCl atau Ringer Laktat)
3.      Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam. Ampisilin 2 gr IV,kemudian 1 gr selama 6 jam, ditambah gentamisisn 5mg/kg berat badan IVdosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
4.      Laparatomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage)

PARAMETRITIS (CELLULITIS PELVIC)
            a.    Patologi
Menurut Mochtar (1998) parametritis dapat terjadi dengan 3 cara yaitu:
1.      Melalui robekan serviks yang dalam
2.      Penjalaran endometritis atau luka serviks yang terinfeksi melalui saluran getahbening
3. Sebagai lanjutan tromboflebitis pelvikaJika terjadi infeksi parametrium, timbulah pembengkakan yang mula-mulalunak, tetapi kemudian menjadi keras sekali. Infiltrat ini dapat terjdi hanya padadasar ligament latum, tetapi dapat juga bersifat luas, misalnya dapat menempatiseluruh parametrium sampai dinding panggul dan dinding perut perut depan diatas ligament inguinale. Jika infiltrate menjalar ke belakang dapat menimbulkanpembengkakan di belakang serviks (Krisnadi, 2005).Eksudat ini lambat laun diresorpsi atau menjadi abmemecah di daerah lipatpaha di atas ligament inguinale atau ke dalam cavem Douglas. Parametritisbiasanya unilateral dan karena biasanya sebagai akibat luka serviks, lebih seringterdapat pada primipara daripada multipara (Krisnadi, 2005)
             b.    Manifestasi Klinis
Parametritis harus dicurigai bila suhu pasca persalinan tetap tinggi lebih dari1 minggu. Gejala berupa nyeri pada sebelah atau kedua belah perut bagian bawahsering memancar pada kai. Setelah beberapa waktu pada pemeriksaan dalam,dapat teraba infiltrate dalam parametrium yang kadang-kadang mencapai dindingpanggul. Infiltrat ini dapat diresorpsi kembali, tetapi lambat sekali, menjadi keras,dan tidak dapat digerakkan. Kadang-kadang infiltrate ini menjadi abses (Krisnadi,2005).
SALPINGITIS (SALFINGO-OOFORINITIS)
Salpingitis adalah peradangan pada adnekssa. Terdiri atas akut dan kronik. Diagnosisdan gejala klinis hampir sama dengan parametritis. Bila infeksi berlanjut dapat terjadipiosalfing (Mochtar, 1998). Sering disebabkan oleh gonore, biasanya terjadi padaminggu ke-2. Pasien demam menggigil dan nyeri pada perut bagian bawah biasanya kiri dan kanan. Salpingitis dapat sembuh dalam 2 minggu, tetapi dapat mengakibatkan kemandulan (Krisnadi, 2005)
5.          Pencegahan Infeksi Nifas
a.    Masa kehamilan
                                     1)  Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
                                     2)    Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
                              3)   Koitus  pada  hamil  tua hendaknya  dihindari  atau  dikurangi  dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
b.    Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan   terdiri   atas   membatasi   sebanyak   mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir :
                                      1)     Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.
                                       2)     Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
                                       3)     Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun   perabdominam   dibersihkan,   dijahit   sebaik-baiknya   dan menjaga sterilitas.
                                         4)     Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah.
                                         5)     Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.
                                         6)     Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
                                         7)     Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
c.    Selama nifas
                                         1)     Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
                                         2)      Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
                                         3)     Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin
6.         Komplikasi Menyusui
Masalah menyusu pada umumnya terjadi dalam dua minggu pertama masa nifas(Krisnadi, 2005). Payudara telah dipersiapkan sejak mulai terlambat datang bulansehingga pada waktunya pada memberikan ASI dengan sempurna. Untuk dapatmelancarkan pengeluaran ASI dilakukan persiapan sejak awal hamil dengan melakukanmasase, menghilangkan kerak pada puting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat.Puting susu saat mandi perlu ditarik-tarik sehingga menonjol untuk memudahkanmengisap ASI (Manuaba, 1998).Berbagai variasi puting susu dapat terjadi diantaranya terlalu kecil, puting susumendatar dan puting susu masuk ke dalam. Pengeluaran ASI pun dapat bervariasi sepertitidak keluar sama sekali (agalaksia), ASI sedikit (oligolaksia), terlalu banyak(poligolaksia), dan pengeluaran berkepanjangan (galaktorea) (Manuaba, 1998).
1.        Payudara bengkak (Engorgement)
Bendungan payudara dalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi (Prawirohardjo, 2006). Payudara terasa lebihpenuh, tegang dan nyeri. Terjadi pada hari ketiga atau keempat pasca persalinan.Disebabkan oleh bendungan vena dan pembuluh getah bening. Hal ini merupakantanda bahwa ASI mulai banyak disekresi, namun pengeluaran belum lancar. Bilakarena nyeri ibu tidak mau menyusui, keadaan ini akan berlanjut. ASI yang disekresiakan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang, gelanggang susu menonjol,dan puting menjadi lebih datar. Bayi menjadi lebih sulit menyusu (Krisnadi 2005).
Pencegahan dan penanganannya dalam Krisnadi (2005) dijelaskan sebagai berikut:
Pencegahan:
a.       Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
b.      Susui bayi tanpa dijadwal (ngekjel)
c.       Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
d.      Perawatan payudara pasca persalinan
Penanganan :
a.       Kompres hangat agar payudara menjadi lebih lembek
b.      Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui sehingga puting lebih mudah ditangkapdan diisap oleh bayi
c.       Sesudah bayi kenyang, keluarkan sisa ASI
d.      Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
e.       Untuk mengurangi stasis di vena dan pembuluh getah bening, lakukan pengurutan(masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah korpus.

2.        Kelainan puting
Kelainan puting ditemukan lebih dini pada saat pemeriksaan kehamilan agar segeradapat dikoreksi sebelum menyusui. Kelainan puting yang dapat mengganggu prosesmenyusui adalah puting susu datar dan puting susu tenggelam (inverted).Penanggulangan puting datar dan tenggelam dapat diperbaiki denganperasatHoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerahgelanggang susu, kemudian dilakukan urutan menuju ke arah berlawanan. Pada trueinverted nipple perasat Hoffman tidak dapat memperbaiki keadaan, harus dilakukantindakan operatif. Pada keadaan ini, ASI harus dikeluarkan secara manual atau dengan pompa susu dan diberikan pada bayi dengan sendok, gelas atau pipet(Krisnadi, 2005).
3.        Puting nyeri (sore nipple) dan Puting lecet (cracked nipple)
Puting susu nyeri terjadi karena posis bayi saat menyusui salah, karena puting tidakmasuk ke dalam mulut bayi sampai gelanggang susu sehingga bayi hanya mengisappada puting susu saja. Tekanan terus-menerus hanya pada tempat tertentu akanmenimbulkan puting nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh (Krisnadi,2005).Penyebab lain yang dapat menimbulkan puting nyeri adalah penggunaan sabun,cairan, krim, alcohol untuk membersihkan puting susu sehingga terjadi iritasi. Iritasipada puting susu juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga bayi tidak dapat mengisap sampai gelanggang susu dan lidahnya menggeser ke puting. Puting akan nyeri bila terus disusukan lama-lama danakan menjjadi lecet atau luka (Krisnadi, 2005).
Penanggulangannya adalah dengan memberikan teknik menyusui yang benar,khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu:
a.       Bibir bayi menutup areola sehingga tidak tampak
b.      Puting diatas lidah bayic.Areola diantara gusi atas dan bawah
4.        Saluran susu tersumbat (Obstructive Duct)
Sumbatan pada saluran susu disebabkan oleh tekanan yang terus-menerus. Tekanan dapat berasal dari pemakaian bra yang terlalu ketat, tekanan jari pada tempat yang sama setiap menyusui, atau kelanjutan dari payudara bengkak. Pencegahan dapat dilakukan dengan memakai bra dengan ukuran memadai dan menopang payudaradengan baik, pengurutan payudara yang teratur dan dengan teknik menyusui yangbaik (Krisnadi, 2005).Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan kompres hangat sebelum menyusui, pengurutan payudara, mengeluarkan sisa ASI setelah menyusui dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa sakit.Saluran susu yang tersumbat bila tidak ditangani sebagaimana mestinya dapat menjadi mastitis (radang payudara) (Krisnadi, 2005).
5.        Radang payudara (Mastitis)
Proses infeksi pada payudara menimbulkan pembengkakan lokal atau seluruhpayudara, merah dan nyeri. Peradangan mengenai stroma payudara yang terdiri darijaringan ikat, lemak, pembuluh darah, dan getah bening. Biasanya terjadi pada minggu kedua, ibu merasa demam umum seperti influenza (Krisnadi, 2005).Biasanya didahului oleh putting lecet, payudara bengkak atau sumbatan saluransusu. Ibu dengan anemi, gizi buruk, kelelahan dan stress juga merupakan factor predisposisi.
Penanggulangannya adalah sebagai berikut:
                                               a.    Ibu harus terus menyusui agar payudara tidak
                                               b.    Kompres hangat dan dingin seperti pada payudara bengkak
                                               c.    Memperbaiki posisi menyusui, terutama bila terdapat putting lecet
                                              d.    Istirahat cukup, makanan yang bergizi

Rangkuman
Ø  Infeksi nifas yaitu infeksi bakteri pada dan melalui traktusgenitalia yang terjadi sesudah melahirkan , ditandai kenaikan suhu sampai 38°C ataulebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan
Ø   Penyebab Infeksi Nifas :
1. Streptococcus haemolitikus aerobicus (penyebab infeksi yang berat).
2. Staphylococcus aureus.
3. Escherichia coli.
4. Clotridium Welchii
Ø  Faktor predisposisi :
Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama.
Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal.
Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban, dan bekuan darah dalam rongga rahim.
Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan, kelelahan, malnutrisi, pre-eklamsi, eklamsi dan penyakit ibu lainnya (penyakit jantung, tuberkulosis paru, pneumonia, dll).
Ø  Klasifikasi
Infeksi terbatas lokalisasinya pada perineum, vulva, serviks dan endometrium.
Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui : pembuluh darah vena, pembuluh  limfe dan endometrium.
Ø  Klomplikasi menyusi meliputi : payudara bengkak/bendungan ASI,kelainan putting,  putting nyeri/lecet, dan mastitis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar