DHC

Jumat, 20 Januari 2012

MENOPAUSE


Menopause berasal dari kata meno artinya bulan, pause, pausa, pasico artinya periode atau tanda berhenti. Jadi menopause artinya berhentinya secara degeneratif menstruasi. Menopause adalah berhentinya menstruasi, berhentinya ovulasi dengan disertai penurunan fungsi dari organ reproduksi dan akhirnya bagian-bagian dari tubuh perlahan-lahan menunjukkan tanda-tanda ketuaan (Kartono, 1992).
Menopause alamiah (natural menopause) adalah berhentinya menstruasi secara permanen sebagai akibat hilangnya aktivitas ovarium. Menopause alami ini dikenal bila terjadi amenorea selama 12 bulan berturut-turut, tanpa ditemukan penyebab patologi atau fisiologi yang jelas (Martaadisoebrata, 2005). Patofisiologi
Menopause atau di sebut juga masa klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun endokrinologi dari ovarium. Semakin tua, folikel seorang wanita akan makin resisten terhadap stimulasi gonadotropin, akibatnya FSH dan LH di darah akan meningkat. Peningkatan FSH dan LH akan menyebabkan stimulasi stromal terhadap ovarium, yang menyebabkan peningkatan estrone dan penurunan kadar estradiol. Kadar inibin juga menurun drastis karena terjadi feedback negatif dengan peningkatan FSH. Karenanya, menopause dapat dideteksi dengan rendahnya kadar estrogen di peredaran darah. Pada masa ini, terutama pada fase postmenopause, estrogen didapat dari stroma ovarium (bukan dari folikel langsung) dan dari sekresi androstenedion yang diaromatisasi menjadi estrone di sirkulasi perifer. Estrogen yang demikian (estrone) dinamakan estrogen ekstragonadal dan merupakan pemasok utama estrogen pada wanita postmenopause. Aromatisasi androgen menjadi estrogen ini terjadi di jaringan lemak, namun tidak menjamin bahwa wanita yang gemuk akan lebih sedikit mengalami gejala vasomotor.
Secara klinis indikasi menopause dapat dilihat dari kadar FSH darah. Prinsipnya, FSH akan sedikit lebih tinggi daripada LH karena tidak terlalu banyak FSH yang direduksi di ginjal. Meski demikian, kadar FSH yang tinggi —meskipun sudah berusia >40 tahun— masih memiliki risiko untuk hamil, selagi dia belum memasuki fase postmenopause. Karenanya, tak heran masih banyak kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita berusia di atas 40 tahun.  Penurunan kadar estrogen, menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapatdijadikan petunjuk terjadinya menopause. (Noor,2001).
 
Menurut Manuaba (1999), Fase klimakterik ini di bagi dalam beberapa fase:
a)        Fase pra menopause ( klimakterium )
       Pada saat ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola menstruasi, terjadi perubahan psikologis, terjadi perubahan fisik. Berlangsung selama antara 4-5 tahun. Terjadi pada usia antara 48-55 tahun.
b)        Fase menopause
       Terhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin menonjol. Berlangsung sekitar 3-4 tahun. Pada usia antara 56-60 tahun.
c)        Fase panca-menopause
        Terjadi pada usia diatas 60-65 tahun. Wanita beradaptasi terhadap     perubahan psikologis dan fisik. Keluhan makin berkurang.

Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi kapan seorang wanita mengalami menopouse Kasdu, (2002) :
1. Usia haid pertama kali (menarche)
2. Faktor psikis
3. Jumlah Anak
4. Usia melahirkan
5. Pemakaian kontrasepsi
6. Merokok
7. Sosial ekonomi


Perubahan yang terjadi pada masa menopuase yaitu berupa perubahan fisik dan psikis
1. Perubahan fisik
a. Sistem Endokrin
            Kelenjar endokrin dikeluarkan oleh seluruh tubuh dan bertanggung jawab untuk mengontrol fungsi internal tubuh dan memproduksi banyak hormone, penyakit dan rasa sakit, yang berefek seperti glans yaitu pituitary, hipotalamus, tiroid dan adrenal mempunyai dampak yang signifikan pada seksual wanita. Hormone mengontrol produksi hormone lainnya yang mungkin menyebabkan ketidakpuasan seksual(Ambarwati,2009
b. Sistem reproduksi
Perubahan pada system organ reproduksi, meliputi :
1) Uterus (kandungan-rahim), yaitu : uterus mengecil selain disebabkan oleh menciutnya selaput lendir rahim (atrofi endometrium) juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat antar sel. Serabut otot rahim menebal, pembuluh darah otot rahim menebal dan menonjol. Pada usia sekitar 50 tahun rahim mungkin kehilangan berat sekitar setengahnya  karena penggantian jaringan otot dinding rahim dengan jaringan ikat. Diameter saluran servikal menjadi lebih kecil. Kelenjar pada lapisan rahim berkurang jumlahnya.
2) Tuba falopi, yaitu : lipatan-lipatan tuba menjadi pendek, menipis dan mengerut, endosalping menipis, mendatar serta rambut getar dalam tuba (silia) menghilang.
3) Ovarium (indung telur), yaitu : wanita mempunyai 733.000-750.000 folikel primordial. Semakin tua, jumlah folikel primordial tersebut akan semakin berkurang. Siklus haid menjadi anovulasi, ovarium menciut, mengeras, tidak mengandung badan kuning (korpus luteum) dan selaput pembungkusnya (tunika albugenia) menebal.
4) Serviks (leher rahim), yaitu : serviks akan mengerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripta servikal menjadi atropi, kanalis servikalis memendek, sehingga ukuran servik pada wanita dalam masa menopause menyerupai ukuran serviks fundus saat adolesen.
5) Vagina (liang senggama), yaitu : terjadi penipisan dinding vagina yang menyebabkan vagina menyempit dan memendek, dan dinding vagina menjadi tipis dan kehilangan elastisitasnya. Kelenjar yang menghasilkan cairan yang berfungsi membahasi vagina menjadi kecil dan tidak menghasilkan cairan yang cukup. Akibatnya vagina menjadi kering, dan hubungan seksual menjadi sakit. Seksualitas dan kemampuan menikmati kenyamanan seksual tidak berkurang sekali pada perempuan usia lanjut karena hormon androgen dan testosteron masih diproduksi dari kelenjar adrenal.
Keinginan melakukan aktivitas seksual meningkat pada perempuan setelah menopause, yang mungkin dikarenakan sudah tidak ada lagi kekhawatiran akan kehamilan. Namun demikian, perempuan umumnya memiliki masalah dalam hal kemampuan pasangannya, karena umumnya pasangan (laki-laki) lebih tua dari istrinya sehingga ada yang sudah meninggal atau tidak memiliki kemampuan lagi
6) Vulva (mulut kemaluan), yaitu : jaringan vulva menipis karena jaringan lemak dan elastik berkurang. Lipatan vulva mengerut. Sering timbul pruritus atau rasa gatal pada vulva yang disebabkan atrofi dan hilangnya sekret kulit. Hal ini berhubungan dengan nyeri waktu senggama, mengerutnya introitus (lubang masuk kelamin) serta berkurangnya serabut pembuluh darah dan serabut elastik. Rambut pubis di mons pubis berkurang tebalnya.
7) Dasar pinggul, yaitu : kekuatan dan elastisitas dasar pinggul menghilang karena terjadi penciutan (atrofi) dan melemahnya daya sokong akibat prolapsus uterovagina atau turunnya alat‑alat kelamin bagian dalam(Brain. 2008. ¶2,http://www.permatacibubur.com.diakses pada tanggal 8 juni 2010).
c. Sistem Muskuloskeletal
            Dengan turunnya kadar estrogen, maka proses pematangan sel tulang dan dua hormone yang berperan dalam proses ini yaitu vitamin D dan PTH (parathyroid hormone) pun turun, sehingga mulailah preoses berkurangnya kadar mineral tulang Purwoastuti (2008).
d. Sistem Cardioveskuler
            Terjadi karena adanya perubahan metabolisme, menurunnya estrogen, menurunnya pengeluaran hormon paratiroid. Hubungan emosi dengan sistem ini menimbulkan jantung mudah berdebar. Meningkatnya hormon FSH dan LH dan rendahnya estrogen dapat menimbulkan perubahan pembuluh darah. Melebarnya pembuluh darah pada wajah, leher dan tengkuk menimbulkan rasa panas yang disebut “hot flushes“. Penimbunan kolesterol pada pembuluh darah menimbulkan penyakit jantung koroner (Bromwich,1992).
e. Sistem Pencernaan
            Menurunnya estrogen dapat menimbulkan perubahan kerja halus. Kemampuan mereabsorbsi sari makanan makin berkurang. Kerja usus halus dan besar yang lanbat menimbulkan gangguan buang air besar berupa obstipasi (sembelit) (Bromwich, 1992).
f. Sistem integumen
            Lemak bawah kulit berkurang sehingga kulit menjadi kendor. Kulit mudah terbakar sinar matahari dan menimbulkan pigmentasi dan menjadi hitam.Pada kulit tumbuh bintik hitam. Otot bawah kulit muka mengendor sehingga jatuh dan lembek. Kelenjar kulit kurang berfungsi, sehingga kulit menjadi kering, keriput. dan longgar dari ototnya oleh karena turunnya sirkulasi menuju kulit(Manuaba, 1999).
g. Sistem saraf
            Pada menopause keluhan saraf  disebabkan oleh karena terjadi degenarasi sel saraf dan sel otak sehingga menimbulkan manifestasi klinis. Penglihatan dan pendengaran kurang berfungsi sehingga memerlukan bantuan alat untuk meningkatkan fungsi, itu sebabnya orang tua sering berbicara keras, bukan karena marah atau bertengkar. Pada saraf motorik otot sudah mulai melemah untuk memegang atau mengambil barang, koordinator sudah kurang tepat dan pegangan sering lepas, gerakan otot mulai sulit dikendalikan sehingga sering gemetar, dalam keadaan diam, dengan tidak terasa tangan, kaki bergerak sendiri (tremor), artikulasi suara mengalami gangguan sehingga sering keseleo bila berbicara. Pada saraf sensoris terdapat gangguan pada rasa tidak enak, kram atau sakit, kemunduran fungsi saraf menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan menimbulkan keluhan klinis, terdapat gangguan rasa perabaan, karena saraf peraba mengalami kemunduran fungsi (Manuaba,1999).
h. Sistem perkemihan
            Perubahan yang terjadi pada alat genitalia meliputi liang senggama terasa kering, lapisan sel liang senggama menipis yang menyebabkan mudah terjadi infeksi (infeksi kandung kencing, infeksi liang senggama). Daerah sensitif makin sulit untuk dirangsang. Saat hubungan seksual dapat terjadi nyeri (dispareunia), sulit mencapai orgasme. Lemahnya penyangga alat kelamin bagian dalam menyebabkan terasa kurang enak sekitar liang senggama, liang senggama terasa turun (menonjol) dalam bentuk tonjolan kandung kencing (sistokel), tonjolan dinding bagian belakang (rektokel), dan mulut rahim terbuka. Kepuasan berkemih dan buang air besar semakin berkurang, seolah-olah masih terdapat sisa(Manuaba,1999).
i. Sistem Metabolisme
            Ditandai dengan menurunnya pengeluaran hormon tiroksin dan insulin, pembakaran dan keperluan tubuh menjadi menurun. Bila pola makan tetap bebas seperti umur sakitar 30 tahun, maka kelebihan bahan nutrisi akan disimpan dalam bentuk lemak dan gula. Akibatnya akan terjadi kegemukan, dimana deposit lemak terdapat pada bokong, payudara dan perut. Kelebihan gula (makanan yang mengandung gula) dapat menyebabkan gangguan metabolisme gula yang akan menjurus pada penyakit kencing manis (diabetes melitus) (Bromwich, 1992).
j. Sistem ekstragenital
1) Adipositas (penimbunan lemak), yaitu : penyebaran lemak ada ditungkai atas, punggul,perut bawah dan lengan atas.
2) Hipertensi (tekanan darah tinggi), yaitu : akibat gejolak panas, terjadi peningkatan tekanan darah. Dua pertiga penderita hipertensi esensial primer adalah wanita berusia 45-70 tahun.
3) Hiperkolesterolemia (kolesterol darah tinggi), yaitu : penurunan estrogen menyebabkan peningkatan kolesterol dan penurunan lemak total, peningkatan kadar kolesterol merupakan faktor utama penyebab aterosklerotik.
4)  Aterosklerotik (perkapuran dinding pembuluh darah), yaitu : hipertensi dan peningkatan kolesterol menyebabkan meningkatnya resiko aterosklerotik. Perkapuran darah jantung dan kematian sel otot jantung, akan terjadi 1-2 kali lebih sering setelah kadar estrogen menurun.
5)  Variliasis (tumbuhnya rambut), yaitu : turunnya kadar hormon E2 dalam darah dan meningkatnya pembentukan estron (E1) yang memiliki efek androgen menyebabkan adanya tanda maskulinisasi, seperti mineral pertumbuhan rambut.
 
Perubahan psikis
Psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun, hilangnya jabatanya atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang lansia tersebut. 
 
Ingatan Menurun
Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan seting lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.
2. Kecemasan
Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi pencemas. Kecemasan yang timbut sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa pergi sendirian ke luar kola sendiri, namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh larangan dari anak-anaknya. Kecemasan pada ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dan orang di sekitarnya, namun ada juga yang terus­-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah memberi dukungan. Akan tetapi banyak juga, ibu-ibu yang, mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya mirip atau lama juga dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja sebagai awal berfungsinya alat-slat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada yang khawatir namun ada juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak. 
3. Mudah Tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap, sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap, dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
4. Stress
Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh secara diam-diam.
Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga memberikan dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung pada bagaimana individu memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat individual sifatnya.
Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik keluarga. Reaksi kita terhadap, pencetus stress dapat digolongkan dalarn dua kategori psikologis dan fisiologis.
Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari banyak ekspresi marah sampai akhirnya hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikendalikan. DI tingkat psikologis, respon orang, terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang, itu dalam menanggapi stress tersebut.
5  Depresi
Wanita yang mengalarni depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.
Depresi dapat menyerang, wanita untuk satu kali, kadang-k-adang, depresi merupakan respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka sulit dihindarkan.(Lifestyle,2010)

 
2.2.6        Penatalaksanaan pada wanita menopause
            Menurut Bromwich (1992) untuk mengatasi keluhan-keluhan yang ada, para wanita dalam menopause dapat datang ke dokter penyakit dalam untuk memeriksa kemungkinan terjadinya arteriosklerosis dan osteoporosis. Seorang ahli jiwa dapat membantu para wanita menyesuaikan diri pada perubahan-perubahan yang terjadi pada menopause. 

 
Secara medik dasar penatalaksanaan menopause meliputi :
1.  Penatalaksanaan umum meliputi wawancara dan pendidikan.
     Dalam langkah pertama ini perlu ditekankan pada penderita bahwa berlalunya masa ini dalam kehidupan tidak berarti berakhirnya kehidupan yang baru hubungan antara penderita dengan dokter yang saling percaya mempercayai akan dapat memberikan sokongan yang besar dalam mencegah terjadinya banyak salah paham sehubungan dengan masalah yang peka ini. Penanganan non spesifik lain dapat berupa psikoterapi pendidikan dan penyebarluasan pengetahuan tentang menopause ini bahwa menjadi tua adalah wajar
2.  Pengobatan gejala hormonal
Gejala-gejala menopause yang cukup berat harus diobati secara selektif dengan medika mentosa (obat-obatan) yang sesuai dengan keadaan perorangan. Dalam prakteknya pengobatan akan sangat ditunjang oleh latihan-latihan jasmani yang teratur. Istirahat yang cukup, serta diet yang sesuai. Pemberian obat penenang sebagai usaha mengatasi masalah tidak dianjurkan.
3.  Pengobatan hormonal
     Walaupun menopause merupakan peristiwa normal, namun merupakan pula suatu keadaan kekurangan hormon. Sasaran dalam pengobatan ini adalah mengembangkan keseimbangan hormonal oleh karena itu sebagai tambahan langkah pertama dan kedua kekurangan estrogen harus diperbaiki pula, obat-obatan yang dipakai tersedia dalam bentuk tablet.
4.  Pembedahan
          Sekitar 40-70% wanita yang mengalami perdarahan abnormal sebelum menopause akan sembuh dengan tindakan kureta sel (pengerokan selaput lendir rahim) dan tidak membutuhkan pengobatan hormon pengganti tergantung hasil pemeriksaan. Secara mikroskopis menunjang. Proses yang buruk kadang-kadang harus dilakukan pengangkatan rahim. Ada atau tidak keluhan dalam menopause, hendaknya wanita merencanakan untuk diperiksa secara berkala, paling sedikit enam bulan sekali pemeriksaan ini penting sekali untuk mengetahui dan mengobati adanya kelainan yang mungkin terjadi pada usia 40 an,khususnya keganasan. Banyaknya kelainan-kelainan yang ada dapat disembuhkan dengan pengobatan sederhana, terutama bila diketahui dini (Bromwich, 1992).